Jika mendengar kata “toko kelontong”, Anda pasti akan segera mengaitkannya dengan kebutuhan sehari-hari. Hampir semua orang pasti pernah melakukan transaksi di toko kelontong.
Mulai dari membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari sampai hanya sekedar membeli camilan saja. Toko kelontong kerap Andatemui di lingkungan tempat tinggal Anda.
Toko kelontong, atau yang sering dikenal dengan warung sembako, telah menjadi bagian dari aktifitas masyarakat Indonesia sejak dari dahulu kala.
Meskipun kini sudah banyak minimarket atau supermarket yang tersebar di beberapa tempat, namun toko kelontong atau warung sembako masih tetap bertahan di tengah persaingan tersebut.
Toko kelontong memiliki target marketnya sendiri yang membuatnya mampu bersaing dengan toko sembako modern lainnya.
Kata ‘kelontong’ sendiri terinspirasi dari salah satu alat bunyi-bunyian yang sering digunakan oleh penjual keliling Tionghoa pada saat mereka berjualan.
Tujuan mereka memainkan alat tersebut untuk memberikan tanda bahwa mereka sedang berjualan. Alat ini berbentuk seperti sebuah tambur yang memiliki tongkat untuk dipegang dan dua biji bulat kecil yang diikat oleh tali pendek.
Pada saat dimainkan, bunyi yang dihasilkan mirip seperti kata ‘kelontong’. Sejak itu, orang-orang sering menamai toko kecil yang penuh dengan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat ini dengan sebutan toko kelontong.
Dengan banyaknya pebisnis yang ramai-ramai memulai bisnis toko kelontong, bisa diartikan bahwa kompetisi dan persaingan semakin ketat.
Seiring perkembangan dunia bisnis retail dan dengan hadirnya jaringan retail waralaba, tentunya telah menambah kompetisi yang lebih kuat bagi para pemilik bisnis ini.
Namun, masih banyak pengusaha toko kelontong yang bisa bertahan di tengah iklim bisnis yang penuh dengan kompetitor yang kuat.
Toko kelontong memiliki daya tarik yang sukses membawa pelanggan-pelanggan setia, mulai dari harga yang relatif murah, sampai ke hal-hal kecil seperti interaksi antar warga yang terjadi di warung sembako dan belum tentu Anda bisa temui di minimarket atau supermarket.
Hal inilah yang menjadikan toko kelontong atau warung sembako tetap melekat di hati para pelanggannya.
Jarang yang mengetahui bahwa penghasilan dari pengusaha toko kelontong sendiri cukup menggiurkan. Dalam sehari, para pengusaha toko kelontong dapat menghasilkan omset sekitar 1-3 juta.
Dalam satu bulan mereka dapat menghasilkan keuntungan hingga puluhan juta. Sungguh menggiurkan, bukan?
Namun jangan salah, untuk memiliki penghasilan seperti ini para pengusaha toko kelontong harus mempersiapkan beberapa hal untuk memulai bisnis mereka. Apa sajakah yang harus disediakan sebelum memulai usaha ini?
Simak hal yang patut Anda persiapkan untuk memulai bisnis toko kelontong berikut ini!
1. Territory is the Key
Territory yang dimaksud disini adalah letak dari toko kelontong Anda nantinya. Ini adalah salah satu hal dasar yang sangat penting untuk diperhatikan.
Letak toko ini sebagai penentu awal kesuksesan bisnis kelontong Anda nantinya. Pilihlah area yang padat penduduk. Membuka toko kelontong di lokasi yang padat penduduk membawa keuntungan menuju toko kelontong Anda.
Padatnya masyarakat di daerah tersebut membuat permintaan serta kebutuhan pun juga meningkat sehingga Anda akan mendapatkan pelanggan yang cukup banyak. Jika Anda membuka warung sembako di tempat yang banyak penduduknya, sudah bisa dipastikan toko Anda akan ramai pembeli.
Daerah perumahan juga merupakan salah satu tempat yang cukup strategis. Biasanya, di daerah perumahan banyak juga para penduduk yang membutuhkan keperluan rumah tangga yang bisa Anda sediakan.
Di saat toko swalayan atau market waralaba posisinya jauh dari daerah perumahan warga, ini bisa menjadi peluang bagi Anda untuk membuka toko kelontong di daerah perumahan serta membuat akses belanja bagi para penduduk semakin dekat dan mudah.
Selain itu, suasana keakraban adalah salah satu daya tarik dari setiap toko kelontong. Dengan membuka toko sembako di area perumahan, para pembeli dapat menyebarkan informasi tentang toko Anda ke tetangga-tetangga mereka dan pasti bisa membawa lebih banyak pembeli.
Membuka toko kelontong dekat dengan tempat-tempat umum bisa juga menjadi kesempatan bagi warung Anda untuk mendapatkan perhatian dari para pengunjung tempat tersebut.
Mulai dari taman warga, area stasiun atau halte, sampai destinasi-destinasi wisata bisa menjadi tempat untuk membangun warung sembako. Banyaknya pengunjung di tempat tersebut membuat kebutuhan juga semakin meningkat sehingga toko kelontong Anda menjadi salah satu tempat yang bisa memenuhi hal tersebut.
Contoh sederhanya jika ada pengunjung yang kehausan, mereka bisa membeli minuman dari toko kelontong Anda. Intinya, pilihlah tempat yang strategis, di mana tempat itu memiliki traffic pengunjung yang akan membeli produk-produk yang Anda juga jual.
2. Riset Demand dari Calon Pembeli
Setelah memutuskan letak toko kelontong, Anda bisa melakukan riset mengenai demand atau kebutuhan dari potential customer yang berada di sekitar toko kelontong.
Ada baiknya Anda mengetahui barang apa saja yang mereka butuhkan, supaya Anda dapat menyediakan barang-barang tersebut untuk mereka beli. Setiap tempat bisa saja memiliki demand yang berbeda.
Tidak perlu bingung untuk memikirkan cara-cara untuk mengetahui demand dari calon-calon konsumen di sekitar area penjualan.
Yang perlu Anda ketahui adalah jenis-jenis orang yang berada di sekitar toko kelontong. Contohnya, di daerah masyarakat atau perumahan yang penuh dengan IRT (Ibu Rumah Tangga), mereka biasanya membutuhkan barang-barang untuk pekerjaan rumah tangga seperti alat-alat pembersih.
Katakanlah, sapu dan sponge, atau pelengkap masakan di rumah: garam, merica bubuk, penyedap rasa, dan barang barang lain yang dibutuhkan seorang ibu rumah tangga.
Beda halnya jika Anda menjual barang-barang tersebut di area rekreasi atau taman yang tidak sesuai dengan kebutuhan target calon pembeli. Tidak akan ada pengunjung area rekreasi yang membutuhkan bumbu masakan atau alat pembersih di saat mereka beraktivitas di sana.
Anda bisa mengetahui jenis potential buyer Anda dengan menanyakannya kepada masyarakat atau orang-orang yang berada di sekitar area tersebut.
Menginvestasikan waktu dan tenaga untuk melakukan riset publik yang sederhana akan sangat berguna untuk memberikan informasi mengenai produk-produk apa saja yang bisa Anda jual kepada orang-orang di sekitar area toko.
Selain mengetahui demand barang, Anda juga harus mengetahui demand harga dari para pembeli. Para pakar neuroeconomic mengkategorikan tiga jenis pembeli, yaitu pembeli yang hemat (tightwads), pembeli yang royal (spendthrifts), dan pembeli yang biasa saja (average spenders, antara tightwads dan spendthrifts).
Dengan mengetahui mayoritas dari calom pembeli, Anda sudah bisa menentukan harga jual di tempat tersebut.
Seringkali pemilik toko kelontong lupa mengaplikasikan beberapa hal yang telah didiskusikan sebelumnya. Namun, jika Anda mempersiapkan dan melakukan 2 hal ini, toko kelontong Anda akan menjadi toko yang sukses.
Butuh Modal untuk Toko Kelontong? Amartha Solusinya
Dahulu untuk meminjam sejumlah uang, kita harus bertatap muka langsung atau datang ke bank untuk mengurus pengajuan. Sekarang semua sudah berubah! Sekarang, semua bisa dilakukan melalui gawai, yakni melalui peer to peer lending (P2P), platform investasi crowdfunding Indonesia secara online. Salah satu yang menyediakan jasa ini adalah Amartha.
Amartha adalah salah satu perusahaan fintech atau teknologi finansial P2P di Indonesia. Perusahaan ini menyediakan situs web yang menghubungkan pendana urban dengan pengusaha mikro dan kecil di pedesaan. Lewat perusahaan ini, pelaku usaha mikro yang membutuhkan modal kerja untuk tumbuh akan terhubung dengan pendana yang mencari alternatif pendanaan yang lebih menguntungkan dibanding instrumen pendanaan konvensional.
0 Komentar